Bruk.
“Au,”
kata Ocha yang terjatuh saat ditabrak oleh seorang laki-laki saat Ocha sedang
mencari tempat duduk di sebuah restoran.
“Maaf,
mari saya bantu berdiri,” kata laki-laki tampan itu dan mengulurkan tangannya
sambil tersenyum.
“Ada
yang terluka?” tanya laki-laki itu.
“Tidak,
terima kasih,” jawab Ocha.
Laki-laki
itu terpana melihat keanggunan dan kecantikan Ocha.
“Hmm…Boleh
saya tahu nama kamu?” tanya laki-laki itu dengan malu-malu.
“Boleh,
saya Zeyla Syifa Rossa, saya biasa dipanggil Ocha.”
“Saya
Bintang Erick Pratama, panggil saja Bintang.”
Bintang
mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu nama miliknya.
“Ini
kartu nama saya, kalau ada perlu, kamu bisa hubungi saya.”
“Terima
kasih,” kata Ocha.
Karena
Bintang tertarik pada Ocha, Bintang melakukan pendekatan dan memperkenalkan
Ocha pada orang tuanya, Ochapun demikian. Hingga akhirnya Bintang melamar Ocha
di tempat pertama mereka bertemu.
“Cha,
kamu…mau nggak, jadi…istriku?” kata Bintang dengan terbata-bata.
“Kamu
yakin, Bin?” tanya Ocha ragu.
“Iya,
aku yakin banget sama kamu, aku yakin kamu yang terbaik untukku,”
Bintang meyakinkan Ocha.
“Hmm…aku
juga yakin kamu yang terbaik untukku, dan aku mau jadi istri kamu,” kata Ocha.
“Terima
kasih, Cha, aku senang banget.”
Bintang
memeluk Ocha dengan gembira.
Merekapun
mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan mereka. Setelah selesai,
merekapun menjalani hari-hari mereka seperti biasa. Ocha menjalani kuliah di
salah satu PTN yang ada di Kota Bandung, dan Bintang membantu ayahnya mengelola
restoran.
Suatu
hari, Bintang ditugasi oleh ayahnya untuk pergi ke Pulau Bali melihat kondisi
restoran di sana. Karena itu, pada pukul 19.00 Bintang mendatangi rumah Ocha
untuk pamit. Merekapun duduk di pendopo rumah dengan disinari cahaya rembulan
yang di temani bintang-bintang..
“Cha,
besok aku akan pergi ke Pulau Bali untuk melihat kondisi restoran ayahku yang
ada di sana,” kata Bintang.
“Kok,
mendadak? Seminggu lagi kita kan akan menikah,” kata Ocha dengan heran.
“Ayah
baru memberi tahu kemarin malam. Kamu tenang aja, Cha, aku akan pulang
tiga hari sebelum acara kita,” jawab Bintang.
“Tapi,
Bin… firasat aku nggak enak, kamu hati-hati ya!” pesan Ocha dengan
ragu-ragu.
”
Baik, Tuan Putri,” sahut Bintang menggoda Ocha.
Sambil
tersenyum Ocha mengangkat kepalanya melihat ke langit.
“Bin,
kamu lihat, deh, bintang itu terang banget ya!?” sahut Ocha
sambil menunjuk salah satu bintang di langit.
“Oh,
yang itu? Aku juga lihat. Gimana kalau bintang itu kita jadikan bintang
kenangan kita berdua? Jadi walaupun kita jauh, kita bisa lihat bintang itu di
tempat yang bebeda,” kata Bintang.
“Boleh
juga tuh, jadi kalau kangen tinggal lihat bintang itu aja,
hahaha…” sahut Ocha sambil tertawa.
“Ya
udah deh, aku pulang dulu ya, Cha, udah malam nih,”
kata Bintang berpamitan
“Ok
deh. Hati-hati ya, Bin,” pesan Ocha.
“Daaahhh,”
ujar Bintang sambil melambaikan tangannya..
Esok
harinya, saat makan siang, handphone Ocha berdering, ternyata sms dari
Bintang. Ia pun membacanya dengan semangat.
Ocha, hari ne ak brgkt.
Slma ak prgi kmu jga diri ya!
Kmu hrs jnji sma ak nggak blh sdih krn ak tinggal.
Slm buat kluarga kmu. Ak syg kmu, cha.
“Aku
juga sayang kamu, Bintang,” sahut Ocha spontan setelah membaca sms tersebut.
Pesawat
yang ditumpangi Bintang pun lepas landas dengan baik. Tetapi ternyata naas,
pesawat yang ditumpangi Bintang mengalami kecelakaan di tengah perjalanan, dan
Bintangpun menjadi korban.
Setelah
mengetahui berita tentang calon suaminya, pernikahanpun dibatalkan.
Hampir setiap malam yang cerah Ocha selalu memandang bintang yang mereka
jadikan sebagai bintang kenangan mereka, dan membaca pesan yang dikirim oleh
Bintang yang merupakan pesan terakhir untuknya. Ternyata firasatnya benar,
Bintang pergi untuk selamanya.
0 komentar:
Posting Komentar