Abi masih memandang foto yang
tergeletak di pinggir tempat tidurnya. Bayangan dalam foto itu tersenyum indah,
sambil menggenggam sekuntum bunga Lili berwarna putih yang tampak serasi dengan
warna gaunnya.
“Abi…” panggil Via perlahan.
Abi hanya diam tak menjawab
seruan di belakangnya. Ia hanya diam, tak bergeming. Tanpa ia sadari, setitik
airmata mengalir di pipinya.
“Abi…” ujar Via lirih. Via hanya
mampu menghela napas dan meninggalkan Abi sendiri.
Perlahan, Abi memutar sebuah
lagu, Beautiful Girl yang dinyanyikan oleh Jose Mari Chan. Sebuah lagu
lama yang sangat disukai seseorang yang dicintainya, seseorang yang tersenyum
dalam foto itu.
“Kamu suka lagu ini kan? Mau
bernyanyi bersamaku?” ujar Abi pelan.
Dari kamar itu sayup-sayup
terdengar sebuah lagu.
…beautiful girl wherever you
are…I knew when I saw you… you had opened the door… I knew that I’d love
again…after a long long while I’ve love again…
“Aku tak menyadari… begitu cepat
waktu berlalu… Rasanya baru kemarin aku bertemu denganmu… Namun kini… semuanya
telah berubah.. Ya kan, Via?” ujar Abi lirih.
…It was destiny’s game… when
love finally came on… I rushed in line only to find that you were gone…
“Kini… aku benar-benar
kehilanganmu. Untuk selamanya…” lanjut Abi lirih
Beberapa orang tampak masih
berdiri hanya untuk sekedar bertegur sapa dan berbincang-bincang sejenak.
Mereka sepertinya turut merasakan duka di hati Abi. Sedangkan Via yang tampak
pucat dan lemah, hanya mampu menatap Abi dari jauh. Hanya memandang Abi-nya dari
jauh.
Abi yang saat itu duduk di
pinggir sebuah gundukan baru, tak dapat melepaskan pandangannya dari nisan yang
bertuliskan Via Miranti, lahir 19 Oktober 1956, meninggal 21 Juni 2007.
“Terima kasih karena telah
bersamaku selama 26 tahun… Aku akan merindukanmu…” ujar Abi lemah.
Malam itu tak banyak bintang di
langit. Bulan pun tak tampak karena tertutup awan. Abi duduk sendirian sambil
memandang langit.
“Via…,” ujar Abi. “Kamu masih
ingat, saat pertama kali kita bertemu…?
“Saat itu kamu sedang berdiri di
sebuah danau, sendiri. Aku melihatmu dan kamu tersenyum padaku.”
“Kamu ingat saat itu hari apa?
Saat itu hari ulang tahunmu, 19 Oktober. Aku masih ingat… Sebab, saat itulah
pertama kalinya aku mengenalmu…” lanjut Abi.
“Via, apa kamu tahu… Saat itu
aku tidak berani menatapmu karena aku takut. Aku takut mencintai seseorang. Aku
takut mencintaimu… Karena kau begitu berharga sehingga membuatku takut
kehilanganmu…” kata Abi pelan.
“Tapi, takdir berkata lain.
Ternyata kita dipertemukan lagi…” ujar Abi sambil tersenyum.
Begitu lamanya Abi memandang
langit, sampai-sampai ia tak menyadari seseorang telah duduk di sebelahnya.
“Pasti bertemu lagi…” kata Via.
“karena sudah ditakdirkan dengan Umi, ya kan, Abi?” lanjut Via tersenyum pada
Abi-nya.
Abi lalu memandang Via yang
telah duduk di sampingnya. Ia tersenyum, begitu pun Via.
“Senyumanmu sama seperti miliki
ibumu, Via…” ujar Abi dalam hati.
…beautiful girl… I’ll search
on for you… ‘til all of your loveliness in my arms come true… you’ve made me
love again… after a long long while in love again… and I’m glad that it’s you…
beautiful girl…
“Kami akan merindukanmu, Via…”
bisik Abi.
0 komentar:
Posting Komentar